Ĺ ä إ ą m p å ĥ a ń

lalampahan kahirupan....

20090729

Andai RUMAH SAKIT Indonesia Seperti Ini!!


Ada cerita pengalaman kakak saya, berikut kutipannya.....


* * *

Pada awal bulan Juni, tepatnya tgl 06 - 13 Juni 2009, saya mendapat tugas dari kantor ke Madrid, Spanyol. Saat cek-in di Soekarno-Hatta, sudah terasa ada kelainan di kepala, and perut. Untuk perjalanannya, sekitar 24 Jam (incld transit, dll).

Sesampainya di Madrid, saya sakit, dan mencoba istirahat di Hotel selama 2 hari. Tetapi, akhirnya tidak kuat juga, dan harus masuk/dirawat di R.S. Madrid.

Berikut pengalaman mulai berangkat dari Hotel :
  1. Saya pikir, cukup istirahat saja di Hotel, tetapi saking tidak kuatnya (saat itu, yang ingat hanya "meninggal di Hotel"), shg. terpaksa turun mencari taxi untuk ke R.S.
  2. Pas ketemu taxi, sopirnya tidak bisa bhs. Inggris (ditambah saya nya juga pas2an). Untungnya dia melihat saya kondisi sakit, shg langsung dia bawa ke R.S (ke UGD).
  3. Pas masuk ke R.S Hospital U. La Paz Salud Madrid, saya duduk dekat pendaftaran. Beberapa kali sempat didatangi olh suster-suster, tetapi pakai bhs Spanyol, jadi teunyambung. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, didorong do'a2 semua, seorang suster nyamperin, pas nanya, langsung dibilang "abdi mah ti Indonesia", lalu saya dibawa ke ruang pendaftaran. Karena ybs tdk bisa bhs Inggris, langsung mengantar saya dengan kursi roda ke rekannya yg bisa berbahasa Inggris. Temannya tsb langsung mendaftarkan saya sebagai pasien.
  4. Kebiasan di Indonesia, ada deposit di awal pendaftaran perawatan. Di sana saya mengeluarkan uang sebagai deposit 300 EURO, eh . . ternyata ditolak oleh bagian pendaftaran. Dia bilang “tidak, nanti saja, saya tidak tahu besar biayanya”.
  5. Kemudian saya dibawa ke ruang laboratorium R.S.
  6. Seseorang membawa saya dg kursi roda dari lab ke ruang periksa, dan, saat memutarkan kursi roda, eehh . . ternyata dokter sendiri yang mendorong kursi roda saya !! (Apa di Indonesia ada yg spt ini ?, mdh2an ada). Bahkan dokter tsb kembali membawa saya ke ruang lab, kemudian dokter lain membawa saya ke ruang UGD, diambil darah 4 kali, diinfus sd 6 labu, diberi obat, dll-dll.
  7. Kemudian saya dirontgen 2 kali, dan diputuskan harus dirawat.
  8. Saya menolak karena bisi lami, lebih baik pulang ke Indonesia dipercepat saja, kemudian saya diberi obat lagi.
  9. Setelah sekitar 8 jam, saya diizinkan untuk pulang, dengan membawa lengkap hasil lab, roentgen, dan pemeriksaan selama di R.S tsb.
  10. Sebelum pulang, supaya cepat, langsung ke bagian adm. untuk membayar, dan sungguh diluar dugaan, jawabannya tidak usah, tidak masalah, silahkan pulang, alias GRATIS ! ! Padahal saat daftar, saya hanya pakai PASPOR saja.
  11. Saya tidak pernah ditinggal selama 8 jam tersebut, minimal ada suster yang cek terus.
  12. Ada sekitar 7 dokter (3-L, 4-P)yang bergantian mengecek pasien2 di ruangan UGD tersebut, dan sekali-kali mereka diskusi (entah apa yg didiskusikan, pakai bahasa Spanyol).
  13. Setelah saya bilang tidak mau dirawat, suster langsung ngasih obat tambahan lewat infuse-an.
  14. SubhaanAllah, saya langsung tidak pusing, dan tidak panas lagi, tetapi dokter bialang, sesampainya di Indonesia, harus segera ke dokter, dan dirawat.
  15. Luar biasa pelayanan R.S. seperti ini, sudah puas, eh. . gratis pula.
  16. Akhirnya saya pulang dipercepat menjadi tgl 11/12 Juni 2009, dan langsung dijemput ambulance di Cengkareng Jum’at, jam 18.00, tgl 12 Juni 2009.
  17. Saya langsung dibawa ke R.S. Meilia, dirawat 4 hari !
  18. Eh . . lupa. Diagnosa di Madrid, saya kena Hepatitis. Sampai di Indonesia, hasil diagnosa DB !
  19. Ternyata, saya kena DB. Krn tdk ada penanganan apa2, bahkan saat di Hotel, sy merasa sdh tdk berdaya, mungkin saat itu lagi parah2nya, akibatnya fungsi hati terganggu parah. Di Spanyol, tidak populer DB, sehingga lab-nya lebih focus ke Liver.
  20. Sekarang (Senin, 29/06/’09), makin membaik, obat masih . . saat itu berat badan hilang 8 Kg, mudah2 sekarang sudah naik lagi.
  21. Terimakasih ya Allah. Terimakasih semua yang sdh membantu, peduli, dll-dll.

Wassalam.

Labels: , , , ,

20090626

Roda Kahirupan

Beberapa bulan yll (malah udah lewat 1 th nih kyknya), saya sangat terkesan saat mengikuti sejenis pelatihan dan motivasi, Umat Terbaik Hidup Berkah, yang di-‘nakhodai’ oleh Ust. Samsul Arifin. Bagaimana beliau menyampaikan tips menjalani kehidupan ini secara sangat sederhana dan mudah diamalkan. Salah satu yang saya ingat sampai sekarang, ialah mengenai Roda Kehidupan. Pak Ustadz mengumpamakan dalam menjalani hidup ini sebagaimana sebuah roda. Roda, yang sangat nyaman saat kita berkendara, jika dan hanya jika roda tersebut berbentuk bulat! Apa jadinya jika roda tersebut lonjong, bergerigi, segi empat, atau bahkan tidak beraturan? Puyeng kali yah, dan sungguh sangat tidak nyaman :)

Roda Kehidupan (roda kahirupan dalam basa sundana mah, red.) yang memiliki 4 (empat) elemen, yaitu: Humanity (insaniyah/kemanusiaan), Spirituality (ruhiyah/spiritual), Materiality Morality (khulukiyah/moral). Elemen Humanity yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan kemanusiaan, insaniyah, seperti: kehidupan sosial, hubungan keluarga, kesehatan. Spirituality (maaliyah/materil), dan berhubungan dengan masalah ruhiyah, seperti kesabaran, rasa optimis, berpikir positif, rasa syukur. Materiality berhubungan dengan kebutuhan materi/kekayaan, seperti: penghasilan, kendaraan, perusahaan/bisnis/karir, rumah tinggal. Dan Morality berhubungan dengan hal-hal yang bersifat khulukiyah (akhlak), seperti: kejujuran, tanggung jawab, komitmen.



Jika keempat elemen ini seimbang, berarti roda kehidupan kita bulat dan akan nyaman menjalaninya sehingga dalam menghadapi bergulirnya kehidupan yang disertai berbagai tantangannya ini insyaAllah dapat dihadapi dengan kuenceeeng…..sekenceng sedan sport hi-speed melintasi tol cipularang :D. Jika sebaliknya? Ya bisa kita bayangkan, mengapa kadang kita tiba-tiba puyeng, pusing, sakit pinggang saat bangun pagi…dll, mungkin karena ‘roda’ tunggangan kita belum bulat ;). Mengenai standar tinggi-rendahnya tiap elemen tersebut, itu terserah kita, sesuaikan dengan kemampuan. Tidak masalah jika rodanya kecil namun hidup dapat dilalui tanpa sakit pinggang hehe.. yang penting, jangan lupa tetap junjung mimpi setinggi-tingginya. Malah sampai mimpi yang irrasional (menurut pandangan rasio manusia tentunya, dan tetap dalam koridor yg positif) sekalipun, (mumpung) tidak ada yang melarang. Bagaimana mimpinya seorang Bill Gates muda yang dianggap tidak masuk akal, bahkan dianggap gila saat itu, namun mimpi tersebut ternyata dapat terealisasi setelah 30 tahun kemudian! Oleh karena itu, meraih mimpi dengan tetap menjaga keseimbangan kehidupan insyaAllah akan tercapai secara lebih cepat, lancar, dan hambatan serta rintangan pun dapat terselesaikan.....ohh indahnya hidup ini...aamiiinn

Dari situlah, mengapa semua tulisan di blog ini, selalu menggunakan label salah satu dari keempat elemen di atas. Karena komponen kehidupan kita tidak akan jauh dari itu-itu juga koq… =)

Labels: , , ,

Susu Sapi Bukan untuk Manusia

Berikut saya salin dari suatu tulisan, catatannya Bang Dahlan Iskan yang merupakan ulasan sebuah buku dg judul "The Miracle of Enzyme, Self-healing Program" (thx Bang, numpang share yah ^__^ ). Saya ambil dari salah satu milist yang saya ikuti. Tulisannya cukup panjang, menurut ukuran saya hee.. Namun, saya kira isinya cukup bermanfaat untuk kesehatan.. Yang pasti, tetap jaga makanan, broer... ;)

#yan21



The Miracle of Enzyme Self-healing Program (Hard cover)
Oleh: Dr. Hiromi Shinya

ISBN : 9789793269795
Rilis : 2008
Halaman : 304p
Penerbit : Mizan
Bahasa : Indonesia
Harga : Rp.84.000


Dahlan Iskan: Susu Sapi Bukan untuk Manusia

Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu -kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?

“Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.

Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang “jelek”: benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.

Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabk an. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita.. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lomba lari” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim-induk” . Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan “jelek” itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.

Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan “pengobatan” seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan “pengobatan” alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya.. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.

***

Labels: , , ,

20090625

Knowledge Worker dalam Profesi SIG

Pada awal millennium ini, peranan SDM berbasis ilmu pengetahuan semakin dibutuhkan. Era informasi menuntut setiap orang mengetahui banyak informasi kemudian mengolal informasi tersebut menjadi suatu strategi atau ide baru yang lebih bernilai. Dalam dunia bisnis, strategi dan ide baru akan sangat mahal harganya, malah dibanding dengan strategi atau ide terbaik sekalipun. Be the first masih lebih baik dan lebih menantang dibanding be the best!

Sebagai orang yang berprofesi dalam bidang Sistem Informasi Geografis (SIG), saya coba menghubungkan antara trend ke-SDM-an dengan profesi SIG tersebut. SIG yang merupakan bagian dari teknologi informasi memerlukan SDM yang cukup memiliki pengetahuan, bagaimana mencari data yang relevan dengan tema yang sedang dikaji, mengelola dan mengolahnya, kemudian menyajikan dalam bentuk informasi baru yang merupakan hasil analisis dari pengolahan data tersebut. Lebih bagus lagi, jika dapat sekalian mengimplementasikan hasil analisis tersebut yang tentunya memiliki nilai yang cukup tinggi….hmmmm…. ;)

Dalam konteks SIG, data yang diolah tidak jauh dari data peta atau data spasial. Bagaimana mengumpulkan peta ketinggian tanah, peta kontur tanah, peta perumahan, peta aliran sungai… kemudian mengolah dan menganalisis data tersebut untuk mendapatkan lokasi rawan banjir. Bagaimana mengumpulkan data & peta sebaran penduduk, peta jaring dan kelas jalan raya, kepadatan lalu lintas… kemudian mengolah dan menganalisis data itu untuk mendapatkan lokasi strategis untuk pembangunan mall atau supermarket. Cukup menjual bukan?

Bagaimana booming-nya sebuah google-earth yang dikeluarkan oleh GoogleTM, karena institusi tersebut betul-betul menguasai ilmu pengetahuan tentang pencarian data spasial, mengolahnya kemudian disajikan dalam tampilan yang sangat menarik dan user friendly. Siapapun dapat dengan mudah menggunakannya.

Di sinilah sumber daya manusia yang berbasiskan ilmu pengetahuan akan semakin diperlukan untuk mengelola informasi yang sedang berseliweran di atas ubun-ubun kita, dengan traffic yang sangat tinggi. Siapa cepat, dia dapat! Pepatah yang sering kita dengar dalam slogan-slogan promosi, kali ini ada benarnya juga. Sumber daya manusia yang berbasis ilmu pengetahuan yang selanjutnya banyak ahli ke-SDM-an mengistilahkannya dengan Knowledge Worker. Bahkan istilah Human Resource pun katanya sudah lebih pas jika menggunakan istilah Human Capital. Karena manusia sudah dianggap sebagai modal utama, bukan lagi alat atau sumber daya yang dapat diperah habis-habisan.

So, mari penuhi kepala kita dengan ilmu pengetahuan. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Kalo ga ada ongkos, kampoeng cina dulu lah..hehe.. *mode garing: on*

Labels: , , , ,

20090624

Ketika Cinta Bertasbih

Week end kemarin, saya menyempatkan nonton bareng 'mantan pacar' di bioskop, itung-itung mengingat masa pacaran doeloe laah.. Film yg ditonton Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Kebetulan ini film lg rame-ramenya yang nonton, cuman kliatannnya antriannya tidak sepanjang waktu Ayat-Ayat Cinta (AAC) doeloe...

Sebagai orang yang awam dalam per-film-an, saya kira bagus-bagus aja, dan cukup menyentuh serta ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Malah selama mengikuti alur cerita, justru yang kebayang rasa salut sama si penulis cerita, bagaimana khayalannya yang kreatif melayang ke sana kemari, mengeluarkan ide yang kemudian dituliskannya dalam tiap sub cerita, memikirkan apa saja yang terjadi sambil memikirkan misi dakwah yang hendak dismpaikannya. Dan tiap kejadian yang dikarangnya sangat mungkin terjadi di dunia nyata, bukan fiktif belaka...hehee kayak cerita nightmare aja ada kata2 'fiktif belaka' :)) Mungkin di sini sisi baiknya bagi yang belum baca novel KCB, selama berjalannya alur cerita, banyak teka-teki yang belum diketahui apa aja yang bakal terjadi. Berbeda dengan sang Bunda di sebelah, selama nonton film, alurnya sudah bisa dia tebak...yah bukunya aja udah khatam 2-2nya... Sampai-sampai, katanya penggambaran karakter antara di buku dengan di film berbeda. Saya sih karena ngga mudeng, ya iyah-iyah aja hihihi...

Cuman sayangnya, filmnya bersambung, dwilogi, jadi harus nunggu yang kedua keluar buat ngilangin penasaran kelanjutannya, kecuali kalo mau baca novelnya, penasaran mungkin bakal berkurang..

Labels: , , , , ,

20090623

Lampu Merah

Dari judulnya, teringat sebuah tabloid cukup kenamaan di ibu kota, sebuah tabloid favoritnya teman kerja dulu... :)) Namun pada kesempatan ini, bukan untuk membahas itu. Kali ini membahas lampu merah yang sering saya temui di tiap perempatan di kota besar. Ya, lampu lalu lintas!

Teringat waktu duduk di SD doeloe, Bu Guru mengajarkan definisi dan fungsi 3 warna yang ada pada rambu lalu lintas yang biasa dipasang di perempatan jalan. Lampu stopan, bahasa yang biasa dipakai di lingkungan kami waktu itu. Bu Guru bilang, urutan yang berlaku saat itu, saat lampu merah nyala, kendaraan yang berada di jalan tempat lampu menghadap diharuskan berhenti. Kemudian setelah beberapa saat, pindah ke hijau, kendaraan boleh jalan. Sebagai perantara antara hijau dan merah, ialah lampu kuning, yang berarti hati-hati! Sebagai yang berada di posisi transisi, lampu kuning ini memberikan aba-aba kalau kendaraan yang lewat harus siap-siap untuk berhenti, kalau ngga, moga-moga aja beruntung ga ditilang sama pa polisi… 8-]

Namun anehnya, setelah beberapa tahun berlalu, lebih dari 20 tahunan (wah udah memasuki usia ‘dewasa’ nih hee), yang saya lihat di jalanan, terutama di sekitaran Bandung dan Jakarta karena saya seringnya berada di daerah itu, fungsi lampu kuning bukan lagi untuk memberikan aba-aba hati-hati, namun sebaliknya, lampu kuning memberikan tanda bahwa kendaraan sudah harus siap-siap tancap gas. Hal ini terjadi karena urutan nyala lampu sudah terbalik. Lampu kuning menjadi perantara antara nyalanya lampu merah => kuning => hijau. Padahal doeloe diajarkan urutannya seperti ini: hijau => kuning => merah. Entah mana yang bener, malah dikuatirkan sekarang terjadi kesalahan kekaprahan (dari kata dasar: salah kaprah :o) yang terus-terusan. Apakah memang fungsinya sudah berubah, ataukah kesalahan para kontraktor yang melakukan instalasi jaringan lampu merah atau terjadi konslet di sistemnya, yang akhirnya banyak sekali terjadi kesalahan fungsi lampu merah (dalam hal ini, lampu kuning, red.) tersebut di beberapa tempat. Kelihatannya seperti masalah sepele, tapi mulai dari hal-hal kecil ini kita bisa berubah untuk menjadi lebih baik, begitu kata AaGym….

Labels:

20090615

Bengkel Hati

Pertama kali menyaksikan acara Bengkel Hati di stasiun TPI beberapa minggu yang lalu, langsung ada perasaan takjub.. Baru 'ngeh' kalau ternyata penyakit yang diidap kita itu kebanyakan berawal dari faktor psikis. Semakin 'ngeh' lagi saat banyaknya testimoni dari para jamaah, bahwa setelah melakukan advice dari Mas Ustadz, penyakit berangsur berkurang!

Dalam acara tersebut, yang disiarkan tiap hari Minggu & Senin pukul 05.00-06.00, yang dipandu Ust. Dhanu (CMIIW), sama sekali tidak disinggung penyebab faktor fisik terhadap penyakit yang diderita penanya. Subhanallah...ternyata, dengan selalu senantiasa menjaga hati, menjauhi prasangka negatif, memendam rasa dengki, dan suasana hati yang negatif lainnya, kita dapat menghindari berbagai penyakit...Insya4w1....

Akhir-akhir ini, saat bertemu kerabat, kawan, saudara, tema percakapan yang saya lontarkan hampir selalu tidak jauh dari tema 'bengkel hati'. Betapa pentingnya menjaga kesehatan dengan selalu berusaha menjaga hati 'sebersih' mungkin, apalagi kalo ditambah olah raga fisik, tentunya makin cihuy kali ye ;)

Hal ini terbukti juga dialami emak (begitu biasa saya memanggil ibu). Dalam usianya yang sudah sangat senior, tapi fisik yang tetap bugar.. Saya kira itu karena emak selalu menjaga hatinya untuk senantiasa bersih dan jauh dari prasangka negatif.

Akan sangat banyak hikmahnya dari acara ini dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hubungan antar masyarakat, tetangga, karib-kerabat, akan semakin indah....akan tambah edun lagi jika program presiden baru nanti menitik beratkan pada suasana hati ini, biar masyarakat kita selalu dalam keadaan sehat wal afiyat, dan rukun sentosa....Amiin... Ga ada kampanye, cuma kebetulan saja lagi suasana pilpres 2009 nih...hehehe

Labels: , ,

20090603

Bocah Polos

Jika sejenak kita perhatikan, seorang anak kecil dapat digolongkan sebagai manusia tak berdaya tapi berkuasa
Tatkala ada maunya, seorang anak (tepatnya batita) bisa merengek sekuatnya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi disitulah perpaduan seorang anak kecil, berkuasa namun belum punya cukup daya untuk melakukan semua hal yang diingininya.

Nah, di situlah seninya saat orang tua berinteraksi dengan anak kita. Ada kalanya gemes, dan ‘keuheul’ muncul bersamaan. Gemes saat anak itu bertingkah lucu, keuheul saat merengek-rengek namun kita gak ngerti apa maunya dibalik rengekannya itu.
Perhatian yang salah tafsiran akan memberikan respon yang kurang tepat pula… Interaksi, komunikasi, dan mengerti harus ada dalam waktu bersamaan, ya bro…. =)

Jakarta, nemu di coretan kertas sacewir tertgl segini 200807140700

Labels:

Kasih Ibu

kasih ibu.. kepada beta..

tak terhingga sepanjang masa..

hanya memberi.. tak harap kembali..

bagai sang surya menyinari dunia..

Pertama kali mendengar lirik lagu di atas waktu dulu saat masih duduk di bangku SD, kira2 20 tahun yll… wuihhh udah lama juga yah… Dinyanyikan oleh kelompok paduan suara kawan sekelas pas pelajaran kesenian. Lirik yang sangat sederhana, mudah dimengerti, namun sangat bermakna…. Sekarang setelah berkeluarga, meskipun sudah pisah dengan sang ibu dan dituntut untuk betul-betul mandiri, ternyata kasih sayang seorang ibu itu ga pernah luntur yah, bagai sang surya menyinari dunia…

Allahummagfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa Rabbayaanii shaghiiraa

Cileungsi, 200812102300

Labels:

Survive

The only way to survive is through creativity and dynamic self-initiative…

(nn)

Labels:

Mari Banyak Beramal

One generation plants the trees; another gets the shade.
- Chinese Proverb

Labels:

Love Your Wife

The most important thing a father can do for his children is to love their mother.
- Tenneva Jordan

Labels:

Ahh...ternyata masih ada.... =)

suatu hari, teringat kalau saya pernah mambuat blog, tapi ntah di situs mana, dan dengan nama apa... setelah dicari-cari, akhirnya ketemu juga, karena kebetulan loginnya menggunakan email saya yang paling aktif ('paling' karena ada beberapa email, dan sebagian lupa karena jarang dibuka....fiuuuhhhh). setelah dilihat kembali, wow...kosong! dengan tanggal pembuatan beberapa tahun yll....untung aja blom didelete sama si empunya oom blogger... akhirnya saya coba untuk diisi kembali, dan saya coba untuk 'merger' dengan blog saya di alamat lain...lumayan buat nambah-nambah tulisan...hehehe....

btw, dari alamat blog nya kenapa diawali 'mang'? atau istilah yg agak kerennya 'oom' atau 'uncle'... teringat kembali saat flash back ketika membuat blob ini, mencari nama yang mudah diingat dan menggambarkan keseharian saya, akhirnya dicetuskanlah alamat blog ini (mangyayan.blogspot.com) dengan alasan antara lain karena secara strukutur persaudaraan, saya biasa dipanggil seperti itu, di rumah kakak semua, begitu pun di rumah mertua, kakak ipar semua bo' hehehehe.....fasooroo....mangyayan

hokeh deh, selamat berpetualang ya prens..

salam,
mangyayan

Labels: